in

Sadis! Seperti Ini Lho Rasanya Menjalani Hukuman Tiga Generasi di Korea Utara

Sebagai negeri yang dipimpin oleh seorang diktator, maka lucu sekali kalau kita membicarakan soal keadilan dan hukum di Korea Utara. Ya, di negeri itu, keadilan hanyalah hal yang tertulis saja dan tak benar-benar pernah dipraktikkan. Keadilan sejati di Korut terletak di tangan seorang Kim Jong Un, di mana ketika ia memutuskan suatu hukuman, maka itulah yang akan terjadi. Tak peduli apakah hukuman itu bijaksana atau tidak, seperti ketika ia mengeksekusi seorang tokoh senior hanya karena mengantuk dalam rapat.

Pemerintahan Kim Jong Un memang dikenal sangat kejam dalam memberikan hukuman. Apalagi untuk kesalahan-kesalahan politis macam memberikan kritik kepada pemerintah atau melakukan aksi-aksi yang tak sejalan dengan visi negara. Untuk kesalahan yang seperti ini, Kim biasanya akan menjatuhi vonis hukuman tiga generasi. Hukuman ini mungkin tidak menghilangkan nyawa, tapi tak jauh lebih baik.

Sekilas hukuman ini seperti biasa-biasa saja ya. Padahal kenyataannya sangatlah mengerikan. Lalu, seperti apa sejatinya hukuman tiga generasi ini? Ketahui jawabannya lewat ulasan berikut.

Arti Harfiah Hukuman Tiga Generasi

Hukuman tiga generasi sama sekali bukan kiasan alias benar-benar menunjukkan mekanisme hukuman yang sebenarnya. Jadi, ketika seseorang dianggap bersalah, maka kemudian yang menjalani hukumannya bukan hanya si terdakwa tapi juga sekaligus anak keturunannya. Ilustrasinya adalah jika seorang kakek dihukum, maka anak dan cucunya pun bakal ikut merasakannya.

Ilustrasi hukuman tiga generasi [Image Source]
Ilustrasi hukuman tiga generasi [Image Source]
Dalam praktiknya, hukuman ini sadis lho. Bukan dilakukan dengan cara mengirim perwakilan dari masing-masing generasi, melainkan semuanya diciduk. Peduli setan dengan wanita dan anak-anak, kalau salah satu anggota keluarga mereka dijatuhi hukuman tiga generasi, maka semuanya bakal menerima akibatnya.

Ini yang Dilakukan Para Terdakwa

Ketika hukuman tiga generasi dijatuhkan, maka saat itu pula akan ada keluarga baru di kamp-kamp konsentrasi. Tapi, mereka kemudian akan terbagi menjadi grup-grup tersendiri. Wanita, pria, dan anak-anak dibedakan tempatnya. Masing-masing akan mendapatkan jatah kerja paksa sendiri-sendiri.

Kehidupan para terdakwa [Image Source]
Kehidupan para terdakwa [Image Source]
Kalau para pria, mereka biasanya akan dihukum untuk menambang. Sedangkan wanita dan anak-anak dieksploitasi tenaganya untuk membantu masalah pertanian dan tekstil. Kesannya hukuman ini enteng ya. Tapi, mereka harus bekerja dengan waktu yang benar-benar tidak manusiawi. Menurut salah satu sumber, semua orang di kamp konsentrasi harus siap kerja di jam 05.30 pagi, dan baru mengakhirinya pada tengah malam. Sadis!

Konsumsi Miris di Dalam Kamp

Korea Utara memiliki beberapa kamp konsentrasi di penjuru negeri dan masing-masing setidaknya sudah diisi oleh ribuan orang. Khusus di Kaechon atau Camp 14, di sini sudah dipenuhi oleh hampir 15 ribu orang. Membicarakan soal kehidupan para tahanan kamp, tentu mereka mengalami nasib yang tak karu-karuan. Terutama tentang makanan, sungguh sangat buruk apa yang mereka dapatkan.

Ilustrasi kondisi di dalam kamp [Image Source]
Ilustrasi kondisi di dalam kamp [Image Source]
Para tahanan hanya diberikan sangat sedikit makanan. Alhasil, mereka pun seperti tulang berbalut kulit saja. Makanya, kemudian sangat lazim kalau orang-orang itu merasa butuh mendapatkan makanan lainnya. Menurut saksi mata, para tahanan sampai berburu kodok, ular, dan tikus untuk mendapatkan nutrisi tambahan. Paling parah dari kondisi ini tentu tewasnya para tahanan karena kelaparan dan malnutrisi.

Hukuman Mati Kerap Dilakukan

Shin Dong-hyuk, pria satu ini adalah saksi hidup dari kekejaman hukuman tiga generasi tersebut. Shin, menurut ceritanya lahir dan besar di sana. Dan sama seperti tahanan lainnya, ia juga harus merasakan ngerinya jadi pekerja paksa. Selama hidup di kamp, Shin juga sering menyaksikan banyak kejadian mengerikan, termasuk banyak sekali eksekusi-eksekusi.

Ilustrasi eksekusi gantung [Image Source]
Ilustrasi eksekusi gantung [Image Source]
Orang-orang yang melakukan kesalahan fatal biasanya memang akan dibunuh, dan ngerinya para anggota keluarga harus menyaksikan itu dengan mata kepalanya sendiri. Shin juga mengalami hal ini ketika ibu dan ayahnya dibantai di depan matanya. Tragisnya, Shin sudah mati rasa untuk bisa merasakan sedih dan duka. Ya, kehidupan di kamp membunuh semua naluri kemanusiaannya. Shin sendiri berhasil kabur dari kamp setelah berkali-kali mencoba.

Hukuman tiga generasi tersebut awalnya hanya terlihat seperti propaganda barat untuk makin menjatuhkan Korut. Tapi, ada banyak saksi mata yang mengatakan jika hukuman ini benar-benar nyata. Tidak bisa dibayangkan ya kalau sekeluarga tinggal dalam sebuah kamp dan harus melakukan banyak hal mengerikan. Tak disangka di era yang sudah bebas seperti sekarang, masih banyak orang yang harus merasakan kekejaman seperti ini.

Written by Rizal

Hanya seorang lulusan IT yang nyasar ke dunia tulis menulis. Pengalamannya sudah tiga tahun sejak tulisan pertama dimuat di dunia jurnalisme online. Harapannya bisa membuat tulisan yang super kece, bisa diterima siapa pun, dan juga membawa influence yang baik.

Contact me on my Facebook account!

Leave a Reply

Basaria Panjaitan, Polwan Pertama di Indonesia yang Mampu Menggondol Gelar Jenderal Bintang Dua

Menengok Kompleks Perkuburan Massal di Irak Ini Mungkin Membuat Jiwamu Bergetar dan Ingat Mati