in

Mengungkap Fakta Penelantaran Anak di Cibubur

Anak-Anak Mengalami Trauma Tingkat Parah
Anak-Anak Mengalami Trauma Tingkat Parah [imagesource]

Hak anak Indonesia kembali tercederai. Kali ini berita menyedihkan itu datang dari Cibubur. Lima orang anak ditelantarkan oleh kedua orang tuanya dan diselamatkan oleh warga sekitar.

Pihak Kepolisian dan KPAI kemudian bekerja sama untuk menyelamatkan anak-anak malang tersebut. Siang tadi, dilakukan penggerebekan terhadap rumah mewah tersebut. Apa yang ditemukan di sana ternyata cukup mencengangkan. Berikut Boombastis merangkum beberapa faktanya untuk anda.

1. Penyiksaan Bertahun-Tahun

Cerita yang mengejutkan ini ternyata sudah terjadi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kisah pilu D terungkap melalui para tetangganya yang prihatin terhadap nasib bocah berumur 8 tahun itu. Ia diketahui sudah sekitar 1 bulan ini ditelantarkan orangtuanya dengan tidak dibolehkan masuk kedalam rumahnya.

Penyiksaan Bertahun-Tahun
Penyiksaan Bertahun-Tahun [imagesource]
Sementara keempat saudara perempuan D ditemukan dalam keadaan yang menyedihkan. Mereka berteriak histeris dan tampak kurus seperti kurang gizi. Ketika diselamatkan oleh pihak KPAI, mereka juga sempat memberontak dan mencoba melarikan diri. Namun, pihak KPAI berhasil membujuk mereka dan membawa keempat anak tersebut ke tempat yang lebih aman.

2. Keadaan Rumah yang Mencurigakan

Ketika dilakukan penggerekan di rumah mereka, kedua pelaku sempat bersitengang dengan pihak polisi. Mereka berteriak dan menuduh bahwa pihak yang berwenang ingin melakukan perampokan terhadap mereka. Setelah komunikasi yang alot, akhirnya polisi mendobrak pintu rumah tersebut.

Keadaan Rumah yang Mencurigakan
Keadaan Rumah yang Mencurigakan [imagesource]
Di dalam rumah yang mewah tersebut, terdapat pemandangan yang tidak wajar. Sampah, baju, makanan dan perabot tercampur jadi satu. Bahkan ada beberapa popok bayi yang kotor oleh kotoran bayi berserakan di lantai. Rumah tersebut tampak seperti rumah yang ditinggalkan penghuninya, padahal si pemilik masih beraktivitas secara normal.

3. Ditemukan Narkoba di Dalam Rumah

Petugas dari Satuan Renakta Polda Metro Jaya melakukan penggeledahan di kediaman Utomo Permono, orangtua yang tega menyiksa anaknya di kawasan Citra Gran, Cluster Nusa Dua Cibubur, Jumat 15 Mei 2015 silam.

Ditemukan Narkoba dalam Rumah
Ditemukan Narkoba dalam Rumah [imagesource]
Dari penggeledahan ini, petugas menemukan bungkus plastik berisi narkoba. “Ada narkoba, tapi tidak ada senpi. Itu hanya pistol korek,” kata Ajun Komisaris Besar Dedi Hemansyah, perwira yang memimpin langsung penggeledahan tersebut.

4. Anak-Anak Mengalami Depresi dan Trauma Tingkat Parah

Ketika diselamatkan oleh petugas, keempat anak perempuan tersebut dalam keadaan yang lebih parah dari korban “D”. Jika D masih sanggup berjalan dan berbicara, keempat saudarinya tampak sangat syok. Salah satu anak bahkan begitu lemas hingga tidak bisa berjalan.

Anak-Anak Mengalami Trauma Tingkat Parah
Anak-Anak Mengalami Trauma Tingkat Parah [imagesource]
Ketika dibawa ke kantor polisi, keempat anak itu sempat agak tenang. Namun, ketika mendegar suara dan melihat ayah mereka, mereka kembali berteriak histeris. Mereka bahkan berlutut dan tiarap karena sangat ketakutan dengan sosok sang Ayah. Menurut ahli dari KPAI anak-anak tersebut mengalami trauma mendalam karena sang Ayah.

5. Motif Pelaku Belum Bisa Diketahui

Pelaku kekerasan terhadap anak biasanya dilatari oleh motif ekonomi. Kekurangan uang bisa membuat orang tua gelap mata dan akhirnya berbuat hal keji pada anaknya. Namun, dalam kasus ini, motif ekonomi tersebut sepertinya tidak valid. Sang ayah bekerja sebagai dosen dan memiliki penghasilan yang memadai.

Motif Pelaku Belum Jelas
Motif Pelaku Belum Jelas [imagesource]
Meski berstatus pengontrak rumah, namun mereka memiliki dua mobil yang cukup mewah. Selain itu, kedua pelaku juga memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Sang Ayah memiliki pendidikan Strata 3 sementara sang Ibu seorang sarjana. Namun mereka sering sekali mengeluarkan kata-kata kasar, layaknya preman yang tidak berpendidikan.

Demikianlah beberapa fakta yang dapat kami rangkum hingga sejauh ini. Semoga kita bisa belajar dari kasus ini. Anak-anak bukanlah benda yang bisa kita perlakukan sekehendak kita. Selain tanggung jawab secara materil, kita juga harus bertanggung jawab secara mental kepada mereka. (HLH)

Written by Centralismo

Leave a Reply

header

4 Cara Islami Saat Bertemu dengan Waktu Ulang Tahun

Selfie di Puncak Merapi Yang Berakhir Petaka