in

Bukti Adat Suku Minang Masih Kuat, Ada Aturan Unik Untuk Memasuki Perkampungan Ini

Tanah Minangkabau yang kaya akan adat. Tak lapuk dek hujan dan tak lekang dek panas”. Kutipan tersebut cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Apalagi sejak film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berlatar Suku Minang dirilis tahun 2014 silam, semakin membuat banyak mata melirik suku di Provinsi Sumatera Barat itu.

Suku Minang merupakan salah satu suku yang menganut sistem matrilineal. Yang artinya, sistem kekeluargaan berpatokan melalui jalur ibu. Hal itu menempatkan perempuan pada posisi istimewa, menjadi ahli waris dari harta pusaka dan kekerabatan. Termasuk sebagai pewaris Rumah Gadang, rumah adat  Minangkabau yang termasyhur. Nah, apakah benar di era modernisasi seperti saat ini adat Suku Minang atau urang awak masih saja kental? Untuk mengetahui hal itu, kiranya anda bisa berkunjung ke Kecamatan Sijunjung dan melihat sendiri di sana.

Kecamatan Sijunjung

Kecamatan Sijunjung merupakan satu dari delapan kecamatan yang ada di kabupaten dengan julukan Nagari 1001 wisata atau Kabupaten Sijunjung. Kecamatan ini memiliki sekitar 13 destinasi wisata yang bisa memanjakan anda. Di antaranya ada Ngalau Sipungguk, Calau Muaro, Batu Bersurat, Air Terjun Palukahan, Ngalau Sungai Landai, Makam Van de Graff, Panjat Tebing, Lokomotif Uap, Ngalau Basurek, Pasir Putih Siloker, Air Terjun Batang Taye, dan Perkampungan Adat Sijunjung.

Kampung-Tradisi-Matrilinial-Sinjung-Sumatera-Barat-
Patung Perempuan Minang : Suguhan Utama Saat Memasuki Perkampungan [image : source]
Dari kesekian banyak wisata yang ada,  paling banyak mencuri perhatian sampai kancah internasional adalah Perkampungan Adat  Sijunjung. Perkampungan yang memasuki tahap diusulkan menjadi warisan dunia dalam UNESCO.

Perkampungan Adat Sijunjung

Perkampungan Adat Sijunjung merupakan kawasan wisata yang diunggulkan di Kecamatan Sijunjung. Perkampungan ini terletak di Jorong (Desa) Koto Padang Ranah dan Tanah Bato. Anda bisa mencapai tempat ini setelah menempuh sekitar tiga setengah jam perjalanan dari Kota Padang dengan menaiki travel. Nuansa zaman dulu (jadul) akan terhampar di depan mata, saat mulai memasuki kawasan perkampungan ini. Anda akan disambut patung besar berbentuk perempuan Minangkabau memakai pakaian tradisional lengkap dengan aksesorisnya, menegaskan sistem matrilineal kental dijunjung masyarakat setempat.

kampung
Salah Satu Rumah Gadang di Perkampungan Adat Sijunjung [image :source]
Sepanjang mata memandang, akan disuguhkan rumah-rumah tradisional dengan desain unik berjejer rapi. Meski pudar, warna kayu mengabarkan betapa bangunan itu telah renta. Jangan heran kalau melihat semua rumah di kawasan perkampungan menghadap ke jalanan, karena hal ini memang menjadi suatu keharusan yang telah disepakati. Tidak hanya arah hadap rumah yang disepakati, penghuni rumah pun tergolong eksklusif alias terbatas saja. Terhitung, hanya ada enam suku yang boleh menempati rumah-rumah ini. Di antaranya suku Tobo, Piliang, Malayu, Caniago Nan Sembilan Sapuluah Jo, Malayu Tak Timbago, dan Panai.

Di kawasan ini, terdapat tepat 76 Rumah Gadang dengan umur ratusan tahun. Rumah Gadang di daerah ini, selain berfungsi sebagai hunian juga dimanfaatkan untuk Prosesi Adat Budaya masyarakat. Desain dan arsitektur ke semua rumah hampir seragam, yaitu bergonjong empat dan hampir semuanya berlangkan. Jalanan yang nyaris lengang, dan pemandangan rumah kuno ini seakan membawa kita kembali mundur ke waktu yang lampau. Hanya keberadaan perangkat penunjang elektronik macam antena televisi dan parabola yang bercokol di pekarangan rumah tanda era modern.

Aturan Memasuki Perkampungan Adat Sijunjung

Satu lagi hal yang menunjukkan masih kentalnya adat Suku Minangkabau di tempat ini. Yaitu adanya peraturan khusus yang harus dipatuhi setiap pengunjung tanpa terkecuali. Aturan ini terkait dengan pakaian yang anda gunakan untuk berkunjung dan etika saat melakukan kunjungan.

aturan berpakaian sijunjung
Aturan berpakaian Sijunjung [Image Source]
Aturan ini diterapkan tak lain karena kawasan ini menjadi pusat refleksi kehidupan masyarakat Sijunjung dalam bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, dan seni budaya. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya berbagai aktivitas seperti Batagak Gala, Nikah Kawin, Baariah Tando, Mambantai Adat, Batobo Kongsi, Marancah dan Bakaua Adat di kawasan ini.

Aturan Berpakaian

Untuk bisa memasuki area Perkampungan Adat Sijunjung, pengunjung diharuskan mengenakan pakaian rapi. Parameter rapi di antaranya larangan memakai pakaian ketat. Khusus wanita, tidak diperbolehkan memakai celana dan harus mengenakan rok. Peraturan ini tidak boleh disepelekan. Karena jika melanggar aturan tersebut, bisa-bisa anda akan digiring menuju balai adat dan dikenakan denda.

Aturan Bertamu

Jika anda memasuki kawasan perkampungan adat ini, dan kebetulan ada warga yang berada di teras rumah, hampir pasti anda akan diundang untuk mampir di rumahnya. Nah, seperti kebiasaan masyarakat pada umumnya, tamu akan disuguhi makanan dan minuman. Di bagian inilah budaya pantang tolak makanan berlaku. Maka anda pun harus menerima dan dilarang menolak suguhan dari masyarakat. Dan kalau bisa, suguhan yang diberikan akan lebih baik jika anda habiskan. Pasalnya, masyarakat asli Minangkabau akan sangat senang jika apa yang mereka hidangkan ludes habis dimakan. Menurut keyakinan mereka, si pemberi sajian akan mendapat banyak keberuntungan dan rejeki jika suguhan untuk tamunya habis.

Jajanan Khas Perkampungan Adat Sijunjung

Seperti telah dipaparkan di atas bahwa masyarakat akan senang memberikan suguhan bagi pengunjung. Salah satu sajian yang hampir pasti akan anda temukan adalah galamai atau kalamai. Jajanan khas tradisional warga yang bertekstur serupa dodol atau jenang. Ciri khas jajanan ini adalah warna coklat tua dan mengkilap. Jika masuk ke rongga mulut, anda akan merasakan sensasi legit, manis, nan berminyak. Hal ini karena bahan pembuatan galamai yang mengandung santan kental. Tekstur kenyalnya berasal dari campuran tepung beras ketan , santan, dengan gula merah atau gula aren.

galamaii
Galamaii, makanan khas Sijunjung [Image Source]
Anda akan menemukan tampilan beragam dari jajanan ini. Jika anda mendapatinya di rumah-rumah warga, maka galamai terbungkus rapi dengan daun pisang. Berbeda dengan yang ditampilkan di toko oleh-oleh di sekitar kawasan wisata yang terbungkus apik, dengan plastik-plastik bening pun tertata di atas rajutan daun pandan atau mika. Meski berbeda tampilan, namun isi dan rasa akan tetap sama legit, kenyal, dan manis.

Bagaimana, anda suko hendak pergi ke Kampuang Sijunjung?

Written by Aini Boom

Leave a Reply

5 Nasihat Cinta dari Mario Teguh yang Bikin Kamu Cepat Move On

6 Kasus Gigitan Nyamuk dengan Level Berbahaya di Indonesia